Detail Katalog
ID: 313
Hoegeng polisi dan menteri teladan / Suhartono
Edisi: Cet.4
Pengarang:
Suhartono
Suhartono
Penerbit:
Kompas Media,
Kompas Media,
Tempat Terbit:
Jakarta :
Jakarta :
Tahun Terbit:
2013
2013
Bahasa:
ind
ind
Subjek
Oto Biografi
Deskripsi Fisik:
xxv, 142 hlm. : ilus. ; 21 cm.
xxv, 142 hlm. : ilus. ; 21 cm.
ISBN:
9789797097691
9789797097691
Nomor Panggil:
900 Suh h
900 Suh h
Control Number:
INLIS000000000000295
INLIS000000000000295
BIB ID:
0010-0718000295
0010-0718000295
Catatan
Generasi muda kini mungkin tak lagi tahu. Hoegeng yang dimaksud Presiden Abdurrahman Wahid dalam kata-katanya di atas adalah almarhum Jenderal (Pol.)Hoegeng Iman Santoso, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) di zaman transisi Orde Lama menuju Orde Baru. Sebagai polisi, Hoegeng dikenal jujur, sederhana dan tak kenal kompromi. Karenanya seperti polisi tidur, ia tak bisa disuap. Namun bagaimana kiprah Hoegeng ketika ia dipercaya Presiden Soekarno menjadi Menteri/Sekretaris Presiden Kabinet dan Menteri Luar Negara serta Kepala jawatan Imigrasi Indonesia pada periode tahun 1961 - 1966 ?
Buku ni tak hanya menuturkan keteladanan Hoegeng sebagai polisi dan birokrat. Juga ada kisah hubungan dan Soedharto Martopoespito yang berakhir tragis. Cengkeraman kekuasaan Orde Baru memutuskan hubungan akrab diantara keduanya. Setelah Hoegeng bergabung dengan kelompok Petisi 50, sebagai PNS di kantor Menko Polkam, Dharto tak pernah berani lagi berhubungan secara pribadi dengan mantan atasannya itu. Ditulis oleh Suhartono, wartawan harian Kompas berdasarkan kisah Soedharto Martopoespito, mantan sekretaris Hoegeng. Dalam buku ini terungkap Hoegeng ternyata pernah menjual sepatunya untuk menambah ekonomi keluarga. Tentu tak mengherankan. Sebagai menteri, Hoegeng juga tak punya tabungan, apalagi rekening "gendut". Jangankan rekening, uang pensiunnya saja hanya Rp. 1.170.000,-. Coba bayangkan jika Hoegeng hidup di masa sekarang ini. Buku yang wajib dibaca siapapun yang menginginkan adanya tokoh-tokoh seperti "Hoegeng". (Tp) ; Bibliografi : hlm. 141
Buku ni tak hanya menuturkan keteladanan Hoegeng sebagai polisi dan birokrat. Juga ada kisah hubungan dan Soedharto Martopoespito yang berakhir tragis. Cengkeraman kekuasaan Orde Baru memutuskan hubungan akrab diantara keduanya. Setelah Hoegeng bergabung dengan kelompok Petisi 50, sebagai PNS di kantor Menko Polkam, Dharto tak pernah berani lagi berhubungan secara pribadi dengan mantan atasannya itu. Ditulis oleh Suhartono, wartawan harian Kompas berdasarkan kisah Soedharto Martopoespito, mantan sekretaris Hoegeng. Dalam buku ini terungkap Hoegeng ternyata pernah menjual sepatunya untuk menambah ekonomi keluarga. Tentu tak mengherankan. Sebagai menteri, Hoegeng juga tak punya tabungan, apalagi rekening "gendut". Jangankan rekening, uang pensiunnya saja hanya Rp. 1.170.000,-. Coba bayangkan jika Hoegeng hidup di masa sekarang ini. Buku yang wajib dibaca siapapun yang menginginkan adanya tokoh-tokoh seperti "Hoegeng". (Tp) ; Bibliografi : hlm. 141
Status
Tersedia di OPAC
Bibliografi Nasional Indonesia
Karya Tulis Ilmiah Nasional
Aksi Cepat
Informasi Katalog
Ditambahkan: 23 Feb 2015
Disetujui OPAC: 23 Feb 2015
Disetujui OPAC: 23 Feb 2015