Detail Katalog
ID: 5424
Evaluasi implementasi desentralisasi dan prospek pembangunan di Kalimantan Timur / Lembaga Administrasi Negara
Pengarang:
Tri Widodo WU ; Meiliana ; Said Fadhil
Tri Widodo WU ; Meiliana ; Said Fadhil
Penerbit:
PKP2AIII,
PKP2AIII,
Tempat Terbit:
Samarinda :
Samarinda :
Tahun Terbit:
2006
2006
Subjek
Otonomi daerah - Kalimantan Timur
Deskripsi Fisik:
ix,181 hlm. : ilus. ; 21 cm.
ix,181 hlm. : ilus. ; 21 cm.
Nomor Panggil:
R 352.598 33 EVA
R 352.598 33 EVA
Control Number:
INLIS000000000005230
INLIS000000000005230
BIB ID:
0010-0519000001
0010-0519000001
Catatan
Proses desentralisasi di Indonesia oleh para pengamat asing sering dipersepsikan sebagai kebijakan yang paling berani diantara negara-negara berkembang lainnya. Sayangnya, hingga sekarang manfaat otonomi daerah tadi belum dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat, termasuk di Kalimantan Timur. Berbagai survey yang dilakukan institusi independen menunjukkan masih lemahnya kinerja otonomi baik pada dimensi ekonomis, pelayanan administratif, maupun aspek politik lokal.
Khusus untuk Kalimantan Timur, daerah ini merupakan salah satu daerah yang layak mendapat perhatian serius dalam iklam otonomi luas dewasa ini. Alasannya, daerah ini memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang menjadi propinsi yang maju dan kuat. Dilihat dari aspek geografis, Kaltim memiliki areal 1,5 kali pulau Jawa dan Madura, atau propinsi terluas di Indonesia setelah terjadi pemekaran wilayah di Papua. Kekayaan alam Kaltim merupakan satu dari empat propinsi terkaya (Aceh, Riau dan Papua). Masalah:adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah dimana sebagian besar daerah pedalaman dan perbatasan masih terisolir sehingga kondisi sosial masyarakatnya masih jauh tertinggal dibanding dengan masyarakat yang hidup diperkotaan. Dilain pihak masyarakat perkotaan telah banyak dihinggapi penyakit sosial modern seperti masalah penyalahgunaan napza, minuman keras, perilaku seks menyimpang, anak jalanan, gelandangan dan pengemis. Dari 26 jenis yang ada, jumlah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) di Kalimantan Timur tahun 2004 sebanyak 334.780 jiwa atau 62.555 KK. Metode pengawalan terhadap implementasi otonomi daerah dapat dilakukan melalui program evaluasi dan monitoring, penajaman prioritas pembangunan, penguatan sinergi antar aktor dan antar sektor dalam proses pembangunan di daerah, penguatan fungsi lembaga representasi daerah di tingkat Pusat, serta metode/teknik pengawalan prospektif lainnya. Dengan pengawalan yang lintas disiplin, lintas jenjang, lintas pendekatan dan lintas pelaku tadi, maka dapat diharapkan bahwa otonomi daerah akan lebih mampu mencapai tujuan folofisnya. ; Bibliografi : hlm. 180 - 181
Khusus untuk Kalimantan Timur, daerah ini merupakan salah satu daerah yang layak mendapat perhatian serius dalam iklam otonomi luas dewasa ini. Alasannya, daerah ini memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang menjadi propinsi yang maju dan kuat. Dilihat dari aspek geografis, Kaltim memiliki areal 1,5 kali pulau Jawa dan Madura, atau propinsi terluas di Indonesia setelah terjadi pemekaran wilayah di Papua. Kekayaan alam Kaltim merupakan satu dari empat propinsi terkaya (Aceh, Riau dan Papua). Masalah:adanya kesenjangan pembangunan antar wilayah dimana sebagian besar daerah pedalaman dan perbatasan masih terisolir sehingga kondisi sosial masyarakatnya masih jauh tertinggal dibanding dengan masyarakat yang hidup diperkotaan. Dilain pihak masyarakat perkotaan telah banyak dihinggapi penyakit sosial modern seperti masalah penyalahgunaan napza, minuman keras, perilaku seks menyimpang, anak jalanan, gelandangan dan pengemis. Dari 26 jenis yang ada, jumlah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) di Kalimantan Timur tahun 2004 sebanyak 334.780 jiwa atau 62.555 KK. Metode pengawalan terhadap implementasi otonomi daerah dapat dilakukan melalui program evaluasi dan monitoring, penajaman prioritas pembangunan, penguatan sinergi antar aktor dan antar sektor dalam proses pembangunan di daerah, penguatan fungsi lembaga representasi daerah di tingkat Pusat, serta metode/teknik pengawalan prospektif lainnya. Dengan pengawalan yang lintas disiplin, lintas jenjang, lintas pendekatan dan lintas pelaku tadi, maka dapat diharapkan bahwa otonomi daerah akan lebih mampu mencapai tujuan folofisnya. ; Bibliografi : hlm. 180 - 181
Status
Tersedia di OPAC
Bibliografi Nasional Indonesia
Karya Tulis Ilmiah Nasional
Informasi Eksemplar & Metadata
Nomor Barcode | Nomor Panggil | Akses | Lokasi | Ketersediaan |
---|---|---|---|---|
B1902062 |
R 352.598 33 EVA |
Baca di tempat | Perpustakaan LAN Jakarta | Tersedia |
B1902063 |
R 352.598 33 EVA |
Baca di tempat | Perpustakaan LAN Jakarta | Tersedia |
Aksi Cepat
Informasi Katalog
Ditambahkan: 02 May 2019