Perpustakaan Pusat LAN RI

pengembangan perempuan

Seperti dalam semua masalah lain yang dipertimbangkan, jenis pembangunan ekonomi yang terjadi di negara-negara pinggiran tidak menghasilkan tingkat pendidikan yang tinggi bagi perempuan, atau bahkan tingkat kesempatan pendidikan yang sama dengan laki-laki. Namun, ada peningkatan fenomenal dalam pendaftaran anak perempuan di setiap tingkat sistem pendidikan, meskipun dalam kebanyakan kasus mereka putus sekolah di tingkat dasar dan cenderung terkonsentrasi di bidang-bidang tertentu. Jumlah total siswa yang terdaftar, pendaftaran berdasarkan jenis kelamin, ketersediaan sekolah dan tingkat pendidikan, dan jenis materi pelajaran yang diupayakan sangat sesuai dengan perkembangan ekonomi berbagai negara. Peluang pendidikan terutama terkait dengan status sosial ekonomi. Tingkat pendidikan orang tua yang lebih tinggi dan pendapatan keluarga yang lebih tinggi berkorelasi positif dengan karier pendidikan anak perempuan. Ketidakseimbangan regional dalam lokasi lembaga pendidikan membatasi kehadiran di sekolah di pedesaan, terutama pada anak perempuan yang mobilitasnya terbatas secara budaya. Akhirnya, pandangan masyarakat bahwa anak perempuan pada akhirnya akan keluar dan menjadi ibu rumah tangga telah menyebabkan penambahan mata pelajaran 'cocok untuk wanita' dalam kurikulum sekolah di mana siswa perempuan berkonsentrasi, kursus yang sama ditawarkan dalam kursus pendidikan nonformal untuk wanita dan akhirnya , pelatihan gigi di tempat kerja untuk pekerja perempuan, yang selalu dianggap sementara.
Ini sistem pendidikan, baik formal maupun informal, memilih wanita jauh dari subyek ilmiah dan teknologi dan terus mereproduksi pembagian kerja seksual dan hasil subordinasi perempuan. Penting untuk dicatat, bahwa sebagian besar negara pinggiran, pendidikan dengan konten teknologi tidak dianggap penting. Bias dalam hukum, kedokteran, dan baru-baru ini, akuntansi dan manajemen bisnis mendominasi pengabaian ilmu pengetahuan murni dan rekayasa. Status ekonomi lain, tingkat diferensial partisipasi pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan dapat ditelusuri ke ideologi patriarki. Itulah perbedaan harapan untuk anak laki-laki dan perempuan sehubungan dengan sekolah membuat anak perempuan mulai putus sekolah sekitar usia dua belas atau tiga belas tahun. Khususnya di daerah pedesaan, ideologi ini bekerja di dua tingkat.